Keputusan majalah yang sudah berdiri sejak 1888 itu untuk menampilkan seorang transgender di sampul depan dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Di edisi Januari 2017, National Geographic memang mengangkat gender sebagai isu utama.
National Geographic pun menyatakan sudah siap dengan segala kontroversi yang ada terkait tampilnya Avery di halaman depan. Lewat situs resminya, pihak National Geographic mengatakan banyak opini dan respon berdatangan sejak mereka mempromosikan edisi terbaru majalah tersebut di Instagram, Facebook dan Twitter.
"Puluhan ribu orang bereaksi dengan beragam opini, dari ekspresi bangga dan terima kasih hingga mengungkapkan kemarahan. Banyak juga yang berniat membatalkan berlangganan. Komentar-komentar itu merupakan bagian kecil dari diskusi mendalam tentang isu gender yang terjadi saat ini," tulis National Geographic dalam kolom editor.
Mereka melanjutkan, "Edisi Januari fokus pada isu tentang anak-anak muda dan bagaimana gender memainkan peran di berbagai dunia. Salah satu dari kisahnya kami buatkan beberapa seri video, dan untuk itu kami pergi ke delapan negara dan memotret 80 anak berusia sembilan tahu, yang dengan berani dan jujur berbincang dengan kami tentang bagaimana gender memengaruhi kehidupan mereka."
Salah satu dari mereka adalah Avery, yang kini dikenal sebagai aktivis LGBT. Avery secara terbuka menjalani kehidupannya sebagai gadis transgender sejak usia lima tahun. Sosok Avery dianggap mampu menggambarkan sebuah kompleksitas pembicaraan seputar gender.
Hasil foto ke-80 anak tersebut sangat indah. Namun sosok Avery di dalam foto cukup menarik perhatian redaksi National Geographic hingga akhirnya dipilih menjadi sampul majalah.
"Kami secara khusus menyukai potret Avery-tangguh dan kuat. Kami berpikir, hanya dalam sekilas mata, dia mampu merangkum konsep "Revolusi Gender"," tulis National Geographic lagi. (hst/hst)
0 Response to "Alasan National Geographic Pilih Bocah Transgender Jadi Model Sampul Majalah"
Posting Komentar